Konservasi Candi Borobudur Terus Diupayakan, Pengunjung pun Diminta Tak Lakukan Aksi Vandalisme

By Abdi Satria


nusakini.com-Magelang- Balai Konservasi Borobudur (BKB) selaku pihak yang melakukan konservasi dan pelestarian Candi Borobudur, intens melakukan kegiatan penyelamatan objek wisata tersebut. Namun, pengunjung juga diharapkan ikut menjaga dengan tidak melakukan aksi vandalisme.

Juru Pelihara BKB Bramantara mengatakan, pihaknya terus melakukan kegiatan perawatan Candi Borobudur. Di antaranya, melakukan pemantauan (monitoring) untuk memastikan apakah terjadi perubahan atau tidak pada Candi Borobudur.

“Secara fisik, di lapangan kita melakukan pemeliharaan rutin satu tahun sepanjang hari, mulai dari pembersihan yang sifatnya mekanis, terkait beberapa (pembersihan) tumbuhan tingkat tinggi,” kata Bramantara di kantornya, kompleks Candi Borobudur, Magelang, Kamis (9/6/2022).

Pihaknya juga melakukan riset untuk konservasi, sebagai upaya menemukan metode terkait bahan-bahan yang akan digunakan. Salah satunya, menggunakan minyak atsiri.

Upaya lain yang dilakukan, imbuhnya, memerhatikan kawasan sekitar atau titik-titik, di mana merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dari Candi Borobudur, termasuk memperhatikan autentikasi.

“Bagaimana upaya penting, tentu berkaitan dengan candinya sendiri, dan upaya melestarikan kawasan dan lingkungannya. Itu poin yang tak kalah penting. Paradigmanya, tidak hanya berbicara tentang candinya sebagai monumen tapi Borobudur Temple Compound (gabungan), ada Candi Borobudur, Mendut, Pawon, dan beberapa situs yang ada di kawasan. Dan ada tinggalan lain seperti bekas danau purba dan sebagainya,” sambungnya.

Bramantara juga menjelaskan sekilas kondisi Candi Borobudur. Diakui, kondisi sekarang tak lepas dari usianya yang sudah berumur ratusan tahun. Maka secara otomatis akan banyak berpengaruh terhadap material.

Adapun faktor ancaman yang membayangi, kata dia, di antaranya faktor fisik, seperti batu penyusun candi berupa andesit yang tidak sama. Faktor fisik lainnya kelembaban, intensitas hujan, serta beberapa batu candi mengalami pengausan. Sementara, faktor nonfisik meliputi konsep pelestarian candi yang diseimbangkan dengan lingkungan. Selanjutnya, faktor pariwisata, yang menjadi potensi ancaman, seperti temuan di lapangan.

“Pertama, aksi vandalisme, dulu ada yang coret-coret, ada yang ngasih permen karet, atau menyelipkan barang-barang di sela batu. Terkait adanya larangan duduk tapi tetap duduk, bahkan berdiri mengambil foto (di lokasi yang dilarang),” ujarnya.

Ancaman yang tak kalah serius adalah keausan batu. Hal itu tampak jelas di Candi Borobudur. Kaitannya dengan masalah itu, pihaknya segera melakukan upaya perlindungan. Secara hitungan teknis, setiap gesekan dari pijakan kaki pengunjung menyebabkan nilai keausan yang dihasilkan.

“Upaya-upaya ke depan salah satunya dengan pembatasan (kunjungan dibatasi) itu mesti segera dilakukan,” imbuhnya.

Seorang wisatawan asal Belanda, Igor mengatakan, saat ini Candi Borobudur dalam kondisi yang sangat bersih. Lingkungan dan bangunannya terlihat rapi karena kerap dilakukan perawatan.

“We like it very much (Kami sangat menyukainya),” kata Igor bersama istrinya, Marshal di lokasi.

Wisatawan lokal asal Banyumas, Edi mengatakan, dia melihat kondisi Candi Borobudur saat ini lebih bersih dan tertata.

“Kita sih sebagai warga, mendukung untuk pelestarian pariwisata Candi Borobudur ini,” ucapnya.(rls)